Menikmati Sunrise Bersama Dinginnya Penanjakan Gunung Bromo

Berada di Surabaya selama 2 bulan memberikan kesan tersendiri terutama karena aktivitas jalan-jalan tiap weekend :) Salah satu tempat yang tak lupa kami kunjungi adalah Gunung Bromo. Gunung Bromo terletak di Probolinggo, Jawa Timur. Menurut mbah Wikipedia, secara geografis, Gunung Bromo terletak di perbatasan 4 wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang.

Melihat sunrise di Gunung Bromo memberikan sensasi tersendiri ketika matahari pelan-pelan muncul dari balik gunung. Kami berangkat dari Surabaya sekitar pukul 10 malam menggunakan mobil pribadi dan tiba di Penanjakan sekitar pukul 2 dini hari. Penanjakan merupakan lokasi dimana kita akan melihat matahari terbit. Pananjakan memiliki akses penglihatan langsung ke arah Gunung Semeru, Gunung Bromo dan Gunung Batok.
Pemandangan 3 gunung dari Penanjakan
Sesampainya di Penanjakan, hawa dingin langsung terasa menusuk tulang. Dan ternyata suhunya mencapai 10 derajat celcius. Jadi, jika berkunjung kesini jangan lupa untuk menyiapkan jaket tebal, kupluk, syal, sarung tangan. Tapi, jika lupa membawa semua perlengkapan tersebut, tak perlu khawatir karena banyak yang menjajakan kupluk, syal dan sarung. Sementara jaket tebal ada yang menyediakan jasa penyewaan.

Matahari mulai terbit sekitar pukul 5 pagi. Beruntung saat kami berkunjung pada bulan Agustus sehingga langit dalam kondisi cerah, sehingga kami dapat menyaksikan matahari muncul pelan-pelan hingga menjadi bulatan utuh.
Matahari terbit di Penanjakan
Selain menikmati matahari terbit, salah satu hal lain yang menarik perhatian kami saat itu, adalah keberadaan monyet yang bebas berkeliaran di sekitar Penanjakan. Kami merasa heran karena monyet ini begitu tenang dengan keberadaan manusia yang begitu banyak.
Monyet Liar di Penanjakan
Usai menyaksikan matahari terbit dan puas berfoto di Penanjakan :) kami turun ke lautan pasir untuk melihat kawah Bromo dari dekat. Tindakan kami saat itu dapat dikatakan nekat, karena kami turun ke lautan pasir dengan mobil pribadi yang kami gunakan. Kami tidak menyewa hardtop yang disediakan untuk disewa, sehingga beberapa kali mobil kami selip dan sempat mogok ketika kembali naik.

Di lautan pasir, matahari terasa sudah naik cukup tinggi meskipun baru pukul 8 pagi. Dingin yang kami rasakan di Penanjakan sudah berangsur-angsur hilang dan digantikan oleh hawa panas akibat teriknya matahari. Salah satu hal yang menarik dari lautan pasir ini adalah keberadaan pura yang tampak anggun di tengah-tengah lautan pasir.
Pura di tengah lautan pasir Bromo
Untuk mencapai kawah Bromo kita harus berjalan melintasi lautan pasir, dengan tantangan terik matahari dan debu yang beterbangan atau menyewa kuda hingga kaki Gunung Bromo. Sesampainya di kaki Gunung Bromo kita harus menaiki anak tangga dengan jumlah mencapai 200an lebih. Sesampainya di atas, di tepi kawah, panas matahari terasa semakin terik ditambah dengan bau belerang yang cukup menyengat. Kawah Bromo berupa cekungan dengan diameter kurang lebih 800 m (utara-selatan) dan 600 m (barat-timur). Uniknya, kawah Bromo ini terus mengeluarkan asap putih tanpa henti.
Kawah Bromo
Puas menikmati keindahan Gunung Bromo dan berfoto ria tentunya, kami kembali ke Surabaya. Istirahat, dan kembali melaksanakan tugas sebagai mahasiswa kerja praktek esok harinya. :)

0 Responses

Posting Komentar

abcs